Cerah, pagi ini memang dihiasi sinar mentari yang indah. Udara kesejukan mengantarkanku sampai berada di sebuah tempat yang selalu menjadi rutinitas ku untuk pergi kesana.
Masih dengan rutinitas yang sama pula, aku masih terkungkung dalam perasaan yang selalu saja membuat pikiranku berserakan. Yang selalu saja membuat dada ini sesak ketika tiba-tiba aku teringat sesosok tentang dia.
Tentu saja dia,,
Dia yang akhir-akhir ini selalu ada dalam perasaan ini. Yang terkadang membuat bingung bagaimana aku harus bersikap dan menyikapinya. Yang selalu membuat tanya apakah ini wajar, apakah ini diperbolehkan. Dan yang selalu membuat aku bersembunyi dalam kemunafikannya.
Munafik
Tentu saja setiap orang akan berkata begitu. Mereka akan menyudutkanku dengan kata itu, ya termasuk diriku sendiri. Mengharapkan dari sesuatu yang tidak pernah ada kepastian. Mungkin hanya aku saja yang merasakan. Dan itu sungguh menyesakkan.
"Daaaaarrrr"
"Hey ka, serius amat ngelamunnya", sapa Desi
"Hay Des, yaa seperti biasa, aku masih tertegun akan sosok dia yang selalu membuat bingung perasaan ini", sedikit curhat pada sahabatku Desi.
"Azkania, menurut gue ,,Lo itu terlalu munafik sama diri lo sendiri, sama perasaan lo sendiri, ya nikmatinlah, itu kan yang lo mau"
Nah, itulah Desi, yang omongannya ceplas ceplos. Yang bikin orang lain males cerita sama dia. Tapi entah kenapa gue nyaman sama dia. Meski ceplas ceplos, tapi mulutnya ga ember . Hehehe
Tiba-tiba gue inget kata-kata Riani di filmnya 5Cm.
"Gak enak ya jadi cewek, kalo cewek suka ama orang gak bisa langsung bilang. Bisanya cuma nunggu doang..."
Bersambung ....